Kenaikan Harga BBM : Jauhkan Keluhan, Hadapi dengan Perencanaan Keuangan
Seperti yang diketahui bersama bahwa pada Jum'at
(21/06/13) mulai diberlakukan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi
yang baru yaitu naik sebesar 40% dari harga sebelumnya. Dampak dari
kenaikan harga BBM tersebut adalah kenaikan harga barang pokok sebesar
15% ditambah dengan adanya momen Ramadhan dan lebaran. Tentunya hal ini
sangat merisaukan sebagian besar masyarakat Indonesia. Permasalahan
kenaikan harga ini ternyata dapat dihadapi dengan perencanaan keuangan
yang baik dan matang. Berikut adalah pemaparan dari Sylviana Maya
Damayanti, ST, MBA, RFA, QWP, seorang dosen Sekolah Bisnis dan
Manajemen (SBM) yang juga merupakan pakar dari perencanaan keuangan
pribadi, mengenai kenaikan harga BBM.
Menurut Maya datangnya
tanggapan negatif dari sebagian masyarakat Indonesia mengenai kenaikan
BBM ini diakibatkan karena masyarakat Indonesia sudah terbiasa
dimanjakan dengan harga BBM yang murah padahal apabila mengikuti harga
minyak dunia seharusnya sudah lama harga BBM naik. "Kebanyakan masih
berpikir bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan minyak bumi
sehingga merasa bahwa seharusnya BBM di Indonesia bisa didapatkan dengan
harga murah," ujar Maya. Padahal kini cadangan minyak bumi di Indonesia
juga semakin menipis.
Setiap terjadi kenaikan harga yang menjadi
masalah sebenarnya adalah kenaikan tersebut tidak diiringi dengan
kenaikan gaji. Oleh karena itu sebagai manusia kita harus dapat
berdaptasi dengan mengalokasikan gaji yang didapat untuk memenuhi
kebutuhan pokok dan mulai melakukan perencanaan keuangan.
Langkah
pertama yang harus dilakukan dalam perencanaan keuangan adalah dengan
melakukan Cek Kesehatan Keuangan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat
cash flow dan menghitung selisih pendapatan dan pengeluaran. "Apabila
hasilnya positif maka kondisi keuangan kita sehat sedangkan apabila
negatif atau nol, kita harus mengecek kembali pengeluaran mana yang
harus dikurangi atau mencari pemasukan tambahan," ujar Maya.
Langkah
selanjutnya adalah membuat tujuan keuangan jangka pendek (1-2 tahun),
jangka menengah (3-5 tahun), dan jangka panjang (lebih dari 5 tahun).
Perencanaan keuangan ini harus disusun sesuai dengan prioritas dan
apabila terjadi kenaikan harga seperti sekarang ini seorang perencana
keuangan harus bisa dengan bijak membedakan antara barang yang merupakan
needs (dibutuhkan) dan wants (diinginkan). "Misalnya kita menginginkan laptop A namun sebenarnya dengan laptop B yang harganya lebih murah kebutuhan kita sudah dapat terpenuhi, maka pilihlah laptop B," jelas Maya.
Kemudian
buat rasio alokasi pemasukan, idealnya adalah 30% untuk investasi, 30%
untuk menabung, dan sisanya untuk pemenuhan kebutuhan atau apabila
memiliki hutang rasionya dapat menjadi 30% untuk membayar hutang, 30%
untuk investasi, dan sisanya untuk pengeluaran sehari-hari.
Investasi
merupakan bagian yang sangat penting dalam perencanaan keuangan.
"Dengan memiliki investasi berarti uang yang kita simpan akan bekerja (passive income) untuk
kita dan menambah pemasukan keuangan kita," ujar Maya. Namun yang
membuat orang-orang terkadang takut unuk berinvestasi adalah karena
adanya risiko yang harus ditanggung oleh pribadi berbeda dengan
menyimpan deposito di bank yang risikonya ditanggung oleh lembaga.
"Semakin besar risiko maka yang kita dapatkan semakin besar, low risk low return-high risk high return," ujar Maya.
Tentunya
ada hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dari risiko
berinvestasi salah satunya adalah dengan melakukan alokasi aset. Hal ini
dapat dilakukan dengan melakukan pengaturan portofolio aset dan
diversifikasi aset. Misalnya dengan menyimpan aset pada berbagai
instrumen misalnya investasi dilakukan pada bisnis properti dan logam
mulia. "Saat salah satu dari investasi kita mengalami kegagalan atau
penurunan nilai maka kita masih memiliki aset lain sehingga aset kita
tidak semuanya hilang, don't put your eggs in one basket,"
jelas Maya. Dengan memiliki investasi maka ketergantungan terhadap gaji
akan semakin berkurang. Sehingga kenaikan harga tanpa disertai kenaikan
gaji tidak akan menjadi masalah.
"Seharusnya dampak dari kenaikan
BBM ini dapat mendorong masyarakat lebih kreatif dalam melakukan
perubahan pada anggaran keuangannya," ujar Maya. Perubahan ini dapat
dilakukan dengan melakukan pencairan terhadap investasi yang dimiliki
seperti properti atau tabungan. Tujuannya adalah untuk mencukupi
kebutuhan pokok yang harganya mulai naik, sebagai dana untuk
berjaga-jaga, dan untuk dipindahkan kepada instrumen yang lebih
menguntungkan. Dalam dunia keuangan hal ini biasa disebut dengan
Realokasi Aset.
Realokasi aset secepatnya harus dilakukan kepada
instrumen investasi yang memiliki daya tahan terhadap inflasi seperti
investasi pada logam mulia yang kini harganya sedang turun, Obligasi
Retail Indonesia (ORI), atau reksadana dengan tingkatan risiko dan
pengembalian yang berbeda-beda. "Tentunya dari pemerintah juga harus ada
intervensi agar inflasi tidak melonjak terlalu tinggi," ujar Maya.
Masalah
kenaikan harga ini juga berdampak pada wirausahawan, biasanya saat
terjadi kenaikan seperti ini banyak usaha-usaha yang gulung tikar karena
harga bahan baku yang naik sedangkan daya beli masyarakat turun.
Menurut Maya untuk mengatasi hal ini kenaikan harga produk yang dijual
harus diiringi dengan penambahan nilai pada produk tersebut agar pembeli
merasa puas dan tertarik untuk membeli. Selain itu wirausahawan juga
harus lebih kreatif dalam memanfaatkan teknologi supaya ongkos menjadi
lebih murah, misalnya dengan menggunakan social media untuk melakukan
promosi.
"Kenaikan BBM bukanlah hal yang harus ditakuti tetapi
harus dihadapi dengan perencanaan keuangan yang matang agar hidup lebih
sejahtera, harus diingat bahwa perencanaan adalah hal yang sangat
penting, if you fail to plan then you plan to fail," tutup Maya.
Sumber Gambar:koran-jakarta.com
Sumber : http://www.itb.ac.id/news/3960.xhtml